Sabtu, 29 Maret 2014 0 komentar

Barakah sholawat atas Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"مَنْ صَلَّىٰ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ثَمَانِينَ مَرَّةً غَفرَ الله لَهُ ذُنُوبَ ثَمَانِينَ عَامًا، قيل يا رسول الله كيف الصلاة عليك، قال: تقول: اللَّهُمَّ صلِّ على محمّدٍ عبْدِكَ ونبيِّكَ ورسولك النبيِّ الأميِّ، وتعقِدُ واحدةً". أخرجه الدارقطني.
Maknanya: “Barangsiapa bershalawat kepadaku pada hari jum’at sebanyak 80 kali, maka Allah akan mengampuni untuknya dosa 80 tahun. Dikatakan: Wahai Rasulullah, bagaimanakah bershalawat kepada Tuan?. Rasul menjawab: Engkau mengucapkan: اللَّهُمَّ صلِّ على محمّدٍ عبْدِكَ ونبيِّكَ ورسولك النبيِّ الأميِّ, dan engkau menghitung bacaan ini sekali (dengan hitungan jarimu, sampai hitungan 80)” (HR ad-Daraquthni).

Maksudnya, bacalah lafazh shalawat tersebut sebanyak 80 kali, tapi tidak mengapa jika lebih, namun sirr (khasiat, keutamaan) yang disebut dalam hadits di atas adalah bagi orang yang membacanya 80 kali. Hadits ini mengandung makna bahwa dosa-dosa orang yang membaca lafazh tersebut diampuni, sebagaimana andaikata ia hidup selama 80 tahun.

<<<Syaikh Dr Salim Alwan al-Husaini, semoga Allah senantiasa melindunginya>>
>

نقلا عن سماحة الشيخ الدكتور سليم علوان الحسيني حفظه الله تعالى
في بركة الصلاة على النبيّ صلى الله عليه وسلم: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "مَنْ صَلَّىٰ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ثَمَانِينَ مَرَّةً غَفرَ الله لَهُ ذُنُوبَ ثَمَانِينَ عَامًا، قيل يا رسول الله كيف الصلاة عليك، قال: تقول: اللَّهُمَّ صلِّ على محمّدٍ عبْدِكَ ونبيِّكَ ورسولك النبيِّ الأميِّ، وتعقِدُ واحدةً". أخرجه الدارقطني.
وتعقد واحدة اي بعقدة من عقد الاصابع تعدها لتبلغ ثمانين مرة، وإن تكن الزيادة لا بأس بها، ولكن السر الوارد في الحديث لمن قالها ثمانين مرة. ومعنى الحديث أنه تُغفر له ذنوبه كما لو عاش ثمانين سنة.
0 komentar

Seandainya ia bersabar

Alkisah, seorang perempuan berkebangsaan Lebanon bercerita tentang saudarinya di Syiria. Tentang peristiwa yang menimpanya setelah ajal menjemput. Tepatnya beberapa saat usai pemakaman. Perempuan Lebanon ini bertolak menuju Syiria tempat saudarinya meninggal dan tiba di sana waktu shalat ashar. Namun ia terlambat. Jenazah saudarinya sudah dikuburkan sebelum kedatangannya.

Setelah maghrib, pergilah perempuan ini dengan ditemani keluarga yang berkabung menuju makam saudarinya. Dengan petunjuk keluarga si mayit, sampailah mereka ke pemakaman dan malam pun semakin larut dan mencekam.

Ketika mereka berada di dekat makam, tiba-tiba keanehan terjadi. Kuburan yang masih basah itu bergetar dan bergoncang keras. Terdengar suara jeritan dan rintihan. Gundukan tanah itu bergerak hebat. Melihat itu, keluarga si mayit segera membongkar kuburan. Mereka menduga mayit di dalamnya masih hidup.

Tragis, setelah dibongkar dan kuburan terbuka, jenazah perempuan itu berubah menjadi hitam legam. Tak tahan dengan pemandangan yang mengiris jiwa itu, mereka pun menguburnya kembali. Namun, usai dikuburkan, gundukan makam kembali bergoncang hebat.

Akhirnya, mereka meninggalkan pemakaan, pulang menuju kediaman. Tak lama kemudian, para penggali kubur menyusul mereka dan menyampaikan bahwa suara aneh masih terdengar dari dalam kubur.

Ketika perempuan Lebanon ini ditanya perihal saudarinya, dia pun bercerita bahwa saudarinya semasa hidup rajin melakukan shalat. Namun ia pernah lima kali mengalami keguguran. Dan kenyataan pahit ini tidak bisa ia terima. Caci maki kepada Tuhan tak elak keluar dari mulutnya. “Buat apa shalat, Allah telah mengambil anak-anakku, tak ada gunanya aku shalat,” tuturnya. (Na’uudzu biLLaah).

Seandainya saja dia bersabar, andai saja ia berucap hamdalah serta tidak menentang taqdir Allah, tentu akan tercatat pahala baginya, dan syafa’at anak-anaknya akan menolongnya kelak di akhirat.

<<<Diceritakan ulang oleh H. Liri Heri, H. Abdul Malik Siregar, Lc., Muhammad Ainurr, Lc. dan Zainal Abidin Muhja dalam buku “Penawar Hati, Penyejuk Jiwa”, terbitan IMAGE (Ikatan Mahasiswa Indonesia Global University, Beirut, Lebanon>>>
Sabtu, 08 Desember 2012 0 komentar

Allah Adalah Pencipta, Bukan Pelukis


Terasa sangat tidak pas di hati, setiap kali lagu anak-anak yang berjudul "pelangi" diputar atau dilantunkan.

Pelangi pelangi
Alangkah indahmu
Merah kuning hijau
Di langit yg biru
P________mu agung
Siapa gerangan
...
Pelangi pelangi ciptaan Tuhan

Mosok, Gusti Allah disebut sebagai pelukis. Jelas tidak layak, tidak pantas, tidak etis, menyalahi prinsip tanzih (keyakinan bahwa Allah tidak menyerupai makhluk) dan bertentangan dengan kaidah "Asmaa' Allaah tauqiifiyyah" (pemberian nama pada Allah harus berdasarkan al-Qur'an, al-Hadits atau ijma').

Yang saya khawatirkan, timbul persepsi yang salah mengenai Allah pada diri anak-anak yang sudah sangat akrab dengan lagu tersebut. "Pelukis" bisa saja dipersepsikan sebagai "tukang lukis yg membutuhkan pena, kuas, cat, kanvas dsb dalam proses melukis".

Maha Suci Allah dari meyerupai makhluk-Nya.

Gimana kalau kata "Pelukis" dalam lagu itu, kita ganti menjadi "Pencipta". Setuju???
 
;