KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas
makalah sosiologi yang berjudul “PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP MOBILITAS
VERTIKAL CLIMBING” tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti halnya pepatah “tak ada gading yang tak retak“, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata,
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin
Mojokerto, 13
November 2012
PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kemiskinan
memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat
menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya
kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak
menikmati fasilitas pendidikan pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Kemiskinan
sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara
yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan
Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun
1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropa. Pada masa
itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang
sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya
belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan
terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas dan pengangguran.
Mobilitas sosial
menyangkut tiga hal pokok sebagai berikut.
- Perubahan kelas sosial, baik ke atas
maupun ke bawah.
- Dialami oleh manusia sebagai individu
maupun kelompok.
- Terjadi dampak sosial terhadap kelas
sosial baru yang diperoleh individu atau kelompok.
Jadi, mobilitas sosial
adalah suatu perubahan atau perpindahan kelas sosial, baik ke atas mapun ke
bawah, yang dialami oleh individu atau kelompok sosial, sehingga memberikan
dampak berupa kelas baru yang diperoleh individu atau kelompok tadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Ada dua kondisi
yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena
buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan
"buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat
membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan
berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah
sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu
terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya
mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini
mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di
seluruh dunia.
Ø
Pengertian Kemiskinan Menurut
beberapa ahli
Pengertian kemiskinan disampaikan oleh beberapa ahli
atau lembaga, diantaranya adalah BAPPENAS (1993) mendefisnisikan kemiskinan
sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si
miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan
yang ada padanya. Levitan (1980)
mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan
yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak. Faturchman
dan Marcelinus Molo (1994) mendefinisikan bahwa kemiskinan adalah
ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya. Menurut Ellis (1994) kemiskinan merupakan gejala
multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial politik.
Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar
tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Reitsma dan Kleinpenning
(1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non material. Friedman (1979) mengemukakan
kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis
kekuasaan sosial, yang meliputi : asset (tanah, perumahan, peralatan,
kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi
sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama,
jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna. Dengan beberapa
pengertian tersebut dapat diambil satu pengertian bahwa kemiskinan adalah
suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk kebutuhan
hidupnya.
B.
Pengertian
Mobilitas Sosial
Gerak sosial
(Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan
status dan peran anggotanya. Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang
berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna gerak yang
melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Jadi,
mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari
lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang pensiunan pegawai
rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan
berhasil dengan gemilang.
Ø
Pengertian Mobilitas Sosial Menurut
Beberapa Ahli
Paul B.
Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke
kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang
lainnya.
Kimball Young
dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur
sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan
hubungan antara individu dengan kelompoknya.
C.
Bentuk-bentuk
mobilitas sosial
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial, yaitu
mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas social
vertical dapat dibedakan lagi menjadi social sinking dan social climbing.
Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas social antarwilayah
(geografis) dan mobilitas antargenerasi.
1. Mobilitas vertikal
Mobilitas Vertikal adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau
sekelompok orang pada lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas vertikal mempunyai
dua bentuk yang utama :
- Mobilitas
vertikal ke atas
- Mobilitas
vertikal ke bawah
a. Mobilitas vertical ke atas
(Sosial Climbing)
Sosial
climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau
kedudukan seseorang. Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
- Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke
status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah tersedia. Contoh:
A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi
persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
- Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih
tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada. Contoh: Pembentukan
organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi
baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.
Adapun
penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :
- Melakukan
peningkatan prestasi kerja
- Menggantikan
kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan generasi
b. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Sosial sinking merupakan proses
penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses sosial sinking sering kali
menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan
kewajibannya.
Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :
- Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan
lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan
pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
- Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai
lapisan sosial. Contoh Tim Juventus terdegradasi ke seri B.
Penyebab sosial sinking adalah
sebagai berikut.:
- Berhalangan
tetap atau sementara.
- Memasuki
masa pensiun.
- Berbuat
kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di pecat dari
jabatannya.
2. Mobilitas
horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok
orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horizontal
merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
- Contoh:
Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti
kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini
mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal
karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status
sosialnya.
Mobilitas social horizontal
dibedakan dua bentuk :
- Mobilitas social antar wilayah/ geografis. Gerak
sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke
daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
- Mobilitas antargenerasi. Mobilitas antargenerasi
secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi
ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini
ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu
generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri,
melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi
lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik
anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi
mobilitas vertikal antargenerasi.
Mobilitas
antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas intragenerasi dan
mobilitas intergenerasi.
- Mobilitas
intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Contoh: Pak Darjo awalnya
adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin
juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya
semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama
bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky,
yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih beruntung
daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak
menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak.
Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut
sebagai mobilitas intragenerasi.
- Mobilitas
Intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang terjadi
diantara beberapa generasi.
Mobilitas intergenerasi dibedakan
menjadi dua yaitu:
- Mobilitas
intergenerasi naik
- Mobilitas
intergenerasi turun Contoh : Kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang
camat dan anaknya sebagai kepala desa.(intergenerasi turun)
D.
Faktor-faktor
Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
a. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan
harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam
cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
- Struktur Pekerjaan Disetiap masyarakat
terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan
- Perbedaan Fertilitas Setiap masyarakat
memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat
fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang
mempunyai kedudukan tinggi atau rendah
- Ekonomi Ganda Suatu negara mungkin saja
menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern), contoh nya di
negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada
jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah.
b. Faktor
Individu Faktor individu
adalah kualitas seseorang , baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan,
penampilan, maupun keterampilan pribadi. Faktor Individu meliputi :
- Perbedaan
Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka
yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
- Orientasi
Sikap terhadap mobilitas Banyak cara yang di lakukan oleh para individu
dalam meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui
pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
- Faktor
kemujuran Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai
tujuannya, tetapi kadang kala mengalami kegagalan.
c. Status
Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya,
karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya
sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang
tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih
tinggi.
E. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang
hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat
tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang
lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas.
F. Situasi Politik
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat
dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi
situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah
yang lebih aman.
G. Kependudukan (Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di
satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya
tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela.
Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman
lain.
H. Keingina Melihat Daerah
Lain
Adanya keingina melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan
mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.
I. Perubahan kondisi
sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya
perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi
membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat
menimbilkan stratifikasi baru.
J. Ekspansi teritorial dan
gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti
fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya,
perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
K Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam
memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran
pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas
sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan
memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang
mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
L. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat
pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat
dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang
bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan
nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk
lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
M. Kemudahan dalam akses
pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk
melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi
peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu,
menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk
mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial :
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial.
Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
- Kemiskinan Faktor ekonomi dapat membatasi
mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu
merupakan hal sangat sulit
- Diskriminasi Kelas Sistem kelas terturup dapat
menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya pembatasab
keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit
putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit
hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa.
Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela,
seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan
- Perbedaan Ras dan Agama Dalam sistem kelas
tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas. Dalam
agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak
hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.
- Perbedaan jenis kelamin (Gender) Dalam
masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi
lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai
prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam
masyarakat.
- Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat
Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat
menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai
dan adat yang berlaku.
- Perbedaan Kepentingan Adanya perbedaan
kepentingan antarindividu dalam sutu struktur organisasi menyebabkan
masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu.
N. Saluran-Saluran
Mobilitas Sosial
- Angkatan Bersenjata, Seseorang yang tergabung
dalam angkatan bersenjata biasabya ikut berjasa dalam membela nusa dan
bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan
naik pangkat.
- Pendidikan Pendidikan, baik formal maupun
nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering
digunakan, karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya.
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret
dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator
(perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang
lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari
keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah
lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu
untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang
secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
- Organisasi Politik Seorang angota parpol yang
profesional dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan besar akan cepat
mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan
legislatif atau eksekutif.
- Lembaga
Keagamaan Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal,
meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan
yang sederajat.
- Organisasi
Ekonomi Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun
jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk
mencapai mobilitas vertikal.
- Organisasi
Profesi Organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran
mobilitas vertikal, antara lain ikatan.
- Perkawinan
Melauli perkawinan seseorang dapat menaikkan statusnya. Misalnya,seseorang
wanita yang berasal dari keluarga biasa saja menikah dengan pria berstatus
sosial ekonominya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan naiknya status sosial
nya sang wanita.
- Organisasi
keolahragaan Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat meningkatkan
status nya ke strata yang lebih tinggi.
O. Dampak Mobilitas Sosial
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya
penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya
mobilitas sosial vertikal, di antara nya:
- Adanya
kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
- Timbulnya
ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang
meningkat.
- Keterangan
hubungan anatar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang
berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih
rendah.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi
masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai
berikut.
- Mendorong Seseorang untuk lebih maju Terbukanya
kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan
motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar
memperoleh status yang lebih tinggi.
- Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial Masyarakat
ke Arah yang Lebih Baik Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat
perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia
yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber
daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan
dalam bidang pendidikan.
- Meningkatkan Intergrasi Sosial Terjadi nya
mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi
sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai
dan norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan status sosial yang
baru sehingga tercipta intergrasi soaial.
- Timbulnya Konflik Konflik
yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3 bagian,
yaitu sebagai berikut. :
1) Konflik
Antarkelas Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan
tersebut disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antarkelas
sosial, maka bisa memicu terjadinya konflik antar kelas.
2) Konflik
Antarkelompok sosialKonflik yang menyangkut antara kelompok satu dengan
kelompok yang lainnya. Konflik ini dapat berupa: a. Konflik antara kelompok
sosial yang masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern b. Proses suatu
kelompok sosial tertentu terhadap kelompok sosial yang lain yang memiliki
wewenang
3) Konflik
Antargenerasi Konflik yang terjadi karena adanya benturan nilai
dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang lain dalam
mempertahankan nilai-nilai denga nilai-nilai baru yang ingin mengadakan
perubahan.
- Berkurangnya Solidaritas Kelompok Penyesuaian
diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam kelas sosial yang
baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang yamg mengalami mobilitas,
baik vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa
diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalankan
fungsi-fungsinya
- Timbulnya Gangguan Psikologis Mobilitas sosial
dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, antara lain sebagai
berikut. :
·
Menimbulkan ketakutan dan
kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
·
Adanya gangguan psikologis bila
seseorang turun dari jabatannya.
·
Mengalami frustasi atau putus asa
dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat
mencapainya.
Q. PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP MOBILITAS
VERTIKAL NAIK
a. KONSEP DAN RUANG LINGKUP MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas mempunyai arti yang bermacam-macam, pertama, mobilitas
fisik (mobilitas geografis) yaitu perpindahan tempat tinggal
(menetap/sementara) dari suatu tempat ke tempat yang lain. Kedua,
mobilitas sosial yaitu suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas
sosial lainnya. Mobilitas sosial ini terdiri dari dua tipe, yaitu mobilitas
sosial horisontal dan vertikal. Mobilitas sosial horisontal diartikan sebagai
gerak perpindahan dari suatu status lain tanpa perubahan kedudukan. Jadi dalam
mobilitas sosial horisontal ini, tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang. Sedangkan mobilitas sosial vertikat yaitu suatu gerak
perpindahan dari suatu status sosial ke status sosial lainnya, yang tidak
sederajat. Mobilitas sosial vertikai ini jika dilihat dari arahnya, maka dapat
dirinci atas dua jenis, yaitu gerak perpindahan status sosial yang naik (social
dimbing) dan gerak perpindahan status yang menurun (social sinking). Pengertian
mobilitas sosial ini mencakup baik mobilitas kelompok maupun individu. Misalnya
keberhasiian keluarga Pak A merupakan bukti dari mobilitas individu; sedang
arus perpindahan penduduk secara bersama-sama (bedo desa) dari daerah
kantong-kantong kemiskinan di P. Jawa ke daerah yang lebih subur sehingga
tingkat kesejahteraan mereka relatif lebih baik dibanding di daerah asal,
merupakan contoh mobilitas kelompok. Ketiga, Mobilitas psikis, yaitu merupakan
aspek-aspek sosial-psikologis sebagai akibat dari perubahan sosial. Datam hal
ini adalah mereka yang bersangkutan mengalami perubahan sikap yang disertai
tentunya dengan goncangan jiwa.
Konsep mobilitas tersebut dalam prakteknya akan saling berkaitan satu sama
lain, dan sulit untuk menentukan mana sebagai akibat dan penyebabnya. Sebagai
contoh untuk terjadinya perubahan status sosial, seseorang terpaksa
meninggalkan tempat tinggalnya karena ketiadaan lapangan kerja, atau sebaliknya
mobilitas sosial seringkali mengakibatkan adanya mobilitas geografi yang
disertai dengan segala kerugian yang menyakitkan, yakni lenyapnya ikatan sosial
yang sudah demikian lama terjalin. Demikian halnya mobilitas geografis akan
mempengaruhi terhadap mobilitas sosial yang dimbing maupun sinking, bahkan
sekaligus mempengaruhi mobilitas mental atau psikis dari individu maupun
masyarakat.
b. SIFAT DASAR MOBILITAS SOSIAL
Dalam dunia modern, banyak negara berupaya untuk meningkatkan mobilitas
sosial, dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat mobilitas sosial akan
menjadikan setiap individu dalam masyarakat semakin bahagia dan
bergairah. Tentunya asumsi ini didasarkan atas adanya kebebasan yang ada pada setiap
individu dari latar belakang sosial manapun dalam menentukan kehidupannya.
Tidak adanya diskriminasi pekerjaan baik atas dasar sex, ras, etnis dan
jabatan, akan mendorong setiap individu memilih pekerjaan yang paling sesuai
bagi sendirinya.
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial setiap
individu berbeda, dan tidak ada diskriminasi pekerjaan, maka mereka akan tetap
merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Apabila tingkat mobilitas sosial rendah, maka hal ini akan menyebabkan
banyak orang terkungkung dalam status sosial para nenek moyang mereka.
Tinggi rendahnya mobilitas sosial individu dalam suatu masyarakat sangat
ditentukan oleh terbuka tidaknya kelas sosial yang ada pada masyarakat. Pada
masyarakat yang berkelas sosial terbuka maka masyarakatnya memiliki tingkat
mobilitas tinggi, sedang pada masyarakat dengan kelas sosial tertutup, maka
masyarakat tersebut memiliki tingkat mobilitas sosial yang rendah.
c. BENTUK MOBILITAS SOSIAL
Apabila kita bicara tentang mobilitas sosial, umumnya dalam benak kita
mempersepsikan tentang terjadinya perpindahan status dari suatu tingkat yang
rendah ke suatu tingkat status yang lebih tinggi; pada hal mobilitas dapat
berlangsung dalam dua arah. Bila kita amati perjalanan hidup sekelompok
individu, maka sebagian ada yang berhasii mencapai status yang lebih tinggi,
beberapa orang mengalami kegagalan (status lebih rendah), dan selebihnya tetap
pada tingkat status yang dimiliki oleh orang tua mereka.
Manfaat
|
Kerugian
|
Terbukanya kesempatan
bagi individu/ masyarakat untuk mengembangkan kepribadiaanya.
|
Menimbulkan
kecemasan dan ketegangan yang disebabkan karena mobilitas menurun
|
Status seseorang
tidak ditentukan oleh diri sendiri yang didasarkan atas pres tasi, kemampuan
dan keuletan.
|
Munculnya
kecemasan dan ketegangan sebagai akibat peran baru dari status jabatan yang
ditingkatkan.
|
Terbukanya kesempatan
untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
|
Terjadinya
keretakan hubungan antar anggota primer, yang disebabkan karena perpindahan
status yang lebih tinggi atau status yang lebih rendah.
Munculnya
konflik status dan peran, konftik antar kelas sosial, antar kelompok sosial
dan antar generasi
|
Dalam berbagai kasus menunjukkan bahwa pada umumnya mobilitas mengambil
bentuk dalam dua arah. Tingkat mobilitas individu maupun kelompok yang menurun
maupun naik (meningkat), merupakan salah satu tolak ukur dari masyarakat yang
bersistem sosial terbuka, dan unsur positif maupun negatif dari sistem
pewarisan tidak cukup kuat menyaingi faktor prestasi sebagai faktor penentu
utama dari kedudukan sosial. Namun demikian apabila dalam kenyataan semua orang
tetap berada pada jenjang kelas sosial orang tua mereka (antar generasi), ini
merupakan tolak ukur dari masyarakat yang bersistem sosial tertutup, dimana
pewarisan status (berkaitan dengan generasi sebelumnya) lebih menonjol daripada
prestasi.
Mobilitas sosial merupakan suatu fenomenal proses sosial yang wajar dalam
masyarakat yang menjunjung demokrasi. Pada masyarakat ini mobilitas merupakan
suatu hal yang baik, di mana pengakuan terhadap individu untuk berkembang
sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat terbuka lebar, sehingga tidak ada
lagi suatu jerat yang membatasi seseorang untuk menduduki status yang berbeda
dengan generasi sebelumnya. Pada masyarakat yang mobil, disamping bersifat
menguntungkan karena manfaat yang diperoleh dari
mobilitas tersebut, namun demikian juga tetap memiliki konsekuensi negatif
(kerugian). Apa manfaat dan kerugian dari mobilitas sosial?
d. FAKTOR PENENTU MOBILITAS SOSIAL
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terhadap tingkat mobilitas sosial?
Untuk menjawab hal ini tentulah tidak mudah, karena begitu banyaknya variabel
yang menentukan tingkat mobilitas sosial. Dalam tulisan ini faktor penentu
mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor struktur, yaitu faktor
yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan
kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur ini meliputi; struktur
pekerjaan, ekonomi ganda (dualistic economics), dan faktor penunjang dan
penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua, faktor individu, dalam hal ini
termasuk didalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap
mobilitas, dan faktor kemujuran.
a) Faktor Struktur
a. Struktur Pekerjaan
Secara kasar aktivitas ekonomi dibedakan dalam dua sektor, yaitu sektor
formal dan sektor informal. Kedua sektor tersebut tentunya memiliki
karekteristik yang berbeda, dimana sektor formal memiliki sejumlah kedudukan
mulai dari rendah sampai kedudukan yang tinggi; sedang sektor informal lebih
banyak memiliki kedudukkan yang rendah dan sedikit berstatus tinggi. Perbedaan
aktivitas ekonomi ini jelas akan mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat yang
terlibat di dalamnya. Demikian halnya pada masyarakat yang aktivitas ekonominya
didominasi oleh sektor pertanian dan penghasilan bahanbahan baku
(pertambangan, kehutanan) lebih banyak memiliki status kedudukan rendah, dan
sedikit kedudukan yang berstatus tinggi, sehingga tingkat mobilitasnya rendah.
Tingkat mobilitas pada negara-negara maju, mengalami peningkatan seiring dengan
semakin berkembangnya industrialisasi.
b. Ekonomi Ganda
Dilihat dari sudut ekonomi, suatu masyarakat dapat ditandai atas dasar jiwa
sosial (social spirit), bentuk-bentuk organisasi dan teknik-teknik yang
mendukungnya. Ketiga unsur itu saling berkaitan dan menentukan ciri khas dari
masyarakat yang bersangkutan, maksudnya adalah bahwa jiwa sosial, bentuk
organisasi dan teknik yang unggul akan menentukan gaya dan wajah masyarakat bersangkutan.
Oleh karena itu ketiga unsur ini, dalam kaitan suatu dengan yang lainya dapat
disebut sebagai sistem sosial, gaya sosial, atau iklim sosial masyarakat yang
bersangkutan. Di negara-negara berkembang ternyata perkembangan ekonomi
menimbulkan beberapa jenis dualisme, yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi dari
keadaan-keadaan ekonomi serta keadaan lainnya daiam suatu sektor tidak
mempunyai sifat-sifat seragam, dan sebaliknya dapat dengan tegas dibedakan
dalam dua golongan. Pertama adalah kegiatan-kegiatan atau keadaan
ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat tradisional, dan
yang kedua adalah berbagai kegiatan-kegiatan atau keadaan-keadaan
ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur modern. Dualisme ekonomi itu dapat
kita lihat antara sektor pertanian tradisional, yang dicirikan oleh tingkat
produktifitas yang rendah dan menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat berada
pada tingkat yang lazim disebut dengan istilah tingkat pendapatan subsiten.
Sedangkan pada sektor ekonomi modern, dicirikan dengan tipe ekonomi pasar,
dimana kegiatan masyarakat dalam meproduksi sebagian besar ditujukan untuk
pasar. Adanya dualisme ekonomi ini, tentunya akan mempengaruhi terhadap cepat
tidaknya mobilitas itu berlangsung dan besar-kecilnya kesempatan untuk melakukan
mobilitas.
c. Penunjang dan Penghambat Mobilitas
Anak-anak yang berasal
dan kelas sosial menengah pada umumnya memiliki pengalaman belajar yang lebih
menunjang mobilitas naik daripada pengalaman anak-anak kelas sosial rendah.
Para sarjana teori konflik berpandangan bahwa ijazah, tes, rekomendasi,
“jaringan hubungan antar teman (merupakan jaringan hubungan antara
teman-teman dekat dalam suatu jenis profesi atau dunia usaha. Mereka
saling tukar-menukar informasi dan rekomendasi menyangkut kesempatan kerja,
sehingga menyulitkan bagi orangorang luar” untuk dapat menerobosnya), dan
diskriminasi terang-terangan terhadap kelompok ras maupun kelompok etnik
minoritas, serta orang-orang dari kelas sosial rendah. untuk melakukan
mobilitas-naik; di lain pihak, faktor penghambat tersebut juga menutup
kemungkinan terjadinya mobilitas-menurun bagi kelompok orang dari kelas sosial
atas. Di samping faktor penghambat, terdapat pula faktor penunjang mobilitas
yang bersifat struktural, sebagai misal adalah adanya undang-undang anti
diskrimiasi, munculnya lembaga-lembaga latihan kerja baik yang dibiayai oleh
pemerintah atau LSM-LSM, merupakan faktor penunjang penting untuk terjadinya
mobilitas-naik bagi banyak orang dari status sosial rendah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam beberapa pembahasan di atas, lebih banyak berkisar tentang determinan
(faktor penentu mobilitas-naik). Bagaimana dengan diterminan mobilitas-menurun?
Pada dasarnya semua faktor penentu mobilitas-naik adalah juga sebagai faktor
penentu mobilitas menurun. Sebagai contoh adalah faktor struktur, pada saat
negara Indonesia mengalami krisis ekonomi maka banyak perusahaan mengalami
gulung tikar, terjadi stagnasi ekonomi dan penurunan produktifitas, serta
penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi, kondisi krisis yang dialami negara kita
ini cenderung akan meningkatkan jumlah orang yang harus kehilangan status
sosial. Adapun faktor-faktor individu seperti pendidikan, kebiasan kerja;
keberuntungan-menentukan siapa yang harus mengalami penurunan status. Hal ini
yang menyebabkan kemiskinan mempengaruhi mobilitas.
DAFTAR PUSTAKA